Kontestasi pillres, pilkada dan pileg merupakan pesta demokrasi yang seharusnya dinikmati secara sukacita oleh masyarakat. Namun pada pelaksanaannya, kontestasi politik banyak dimanfaatkan oleh para oknum tidak bertanggung jawab yang memanfaatkan situasi politik dengan kekisruhan yang diciptakan melalui berita-berita bohong dan bersifat adu domba. Menanggapi hal tersebut, Kusnadi yang merupakan Jurnalis senior dengan tegas menyatakan bahwa hal tersebut harus diantisipasi dengan serius. Pasalnya hoaks atau penyebaran berita bohong ini dapat menimbulkan perpecahan jika dibiarkan.
Terlebih di media sosial yang dimana segala informasi tersebar dengan cepat secara luas tanpa ada yang menjamin kebenaran informasi tersebut. “Pemahaman masyarakat akan bahaya hoaks harus terus di kampanyrulan, hingga akhirnya masyarakat terbiasa dengan kata-kata tersebut dan lebih mudah membedakan informasi yang bersifat hoaks atau yang memang benar informasi,’ jelasnya, Jumat 28 Juni 2024.
Ia juga menambahkan bahwa, selain kesadaran masyarakat, pemerintah dan pihak-pihak berwenang juga harus terus memantau sebaran informasi yang beredar di media sosial dalam hal ini kominfo. “Kalo suatu informasi keluar dari kantor media itu jelas bisa dipertanggung jawabkan dan jelas ada yang bertanggung jawab, jika penyebarannya di media sosial kan siapa yang mau bertanggung jawab atas informasi itu,” terangnya.
Info di medsos, diakui Kusnadi benar atau tidaknya juga tidak ada yang mempertanggung jawabkan. ‘Jadi harus benar-benar diwaspadai medsos ini dalam hal penyebaran berita bohong, apalagi di tahun pemilih, pasti akan ada oknum-oknum yang bermain di ranah itu, ” paparnya. Dirinya menambahkan, untuk menciptakan pilkada serentak yang damai, seluruh lapisan masyarakat dan lintas profesi harus saling berpegangan tangan menjaga komitmen memerangi hoaks ini.