JAKARTA, kulonnews.com – Para tokoh lintas agama yang tergabung dalam Forum Peduli Indonesia Damai mengajak masyarakat untuk tetap menjaga persatuan dan keharmonisan bangsa usia Pemilu 2024. Hasil rekapitulasi pemilu harus dilihat dengan rahmat dan kasih sayang.
Para tokoh agama tersebut di antaranya Waketum MUI KH Marsudi Syuhud, Sekum PGI Jacky Manuputty, Ketum PHDI Majyen TNI (Purn) Wisnu Bawa Tanaya, Ketua Permabudhi Judha Hartono dan Ketum Matakin Budi Tanuwibowo. Mereka berkumpul dalam deklarasi Forum Peduli Indonesia Damai yang digelar beberapa waktu lalu.
Marsudi Syuhud mengatakan semua pihak harus menerima hasil keputusan KPU tanpa permusuhan. Dunia pun akan bersinar dengan kedamaian, kegembiraan, kesenangan jika memiliki kondisi yang menyenangkan.
“Apabila ada yang belum menerima hasil tersebut diharapkan dapat menyelesaikannya melalui Mahkamah Konstitusi (MK). Bagi pihak yang menerima dari hasil ini dapat memihak kepada semuanya tanpa melihat permusuhan,” kata Marsudi dalam keterangannya, Sabtu (23/3/2024).
Sementara itu, Ketua Umum Matakin Xueshi Budi Tanuwibowo menyampaikan, bagi pihak-pihak yang belum bisa menerima hasil tersebut dapat melakukan langkah-langkah sesuai dengan koridor konstitusi. Langkah tersebut juga dilakukan dengan kepala dingin, hati tenang sehingga, seluruh rakyat Indonesia mendapatkan kedamaian.
Menurutnya, pemilu dilakukan untuk mencari wakil rakyat dan pemimpin 5 tahun ke depan yang sesuai dengan keinginan rakyat. Oleh karena itu, keinginan itu jangan sampai dikotori oleh tindakan-tindakan yang tidak baik.
“Maka dari itu, menyerukan agar kita semua tetap dalam koridor persatuan dan keharmonisan bangsa,” ujarnya.
Ketua Permabudhi Judha Hartono mengatakan, siapapun yang terpilih dapat menjaga dan menjalankan Pancasila, Undang-undang 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika. Serta mengimbau agar hasil pengumuman rekapitulasi suara oleh KPU bisa disikapi dengan saling menghargai dan menghormati.
Senada, Sekum PGI Jacky Manuputty menyampaikan, proses demokrasi tidak semudah membalikan telapang tangan. Menurutnya, dalam proses demokrasi ini pada hakikatnya adalah belajar.
Apabila dalam proses demokrasi ini terdapat kekurangan dan pelanggaran, serta dianggap pelanggaran secara konstitusional, maka hal itu harus dijadikan pembelajaran.
“Agar ini diwariskan semakim baik lagi baigi generasi yang akan datang. Semoga yang dibangun itu bisa menjadi bangsa yang lebih mapan dalam berdemokrasi,” kata dia.
Kemudian, Imam Pituduh mengatakan, para tokoh agama dan umatnya diharapkan dapat menjalankan kehidupan yang tidak keluar dari nilai-nilai moral dan etika. Hal itu juga harus disertai dengan nilai-nilai agama untuk menunjukkan kehidupan yang bermoral.
“Untuk menunjukkan hidup bermoral dan berikan kemaslahatan bangsa dan negara, kita kejar kedamaian dan keadilan apa pun harganya,” tuturnya.